Nama : Rian Junita
NIM : 2009112084
Kelas VI.C
Semester : VI
Cacat Abadi
Hening………
Sunyi……….
Suasana yang selalu akrab denganku
Tak ada wadah tuk menuangkan
perasaan ini
Hitam….
Kelam….
Hanya warna itu yang aku tau
Hanya pendaran warna itu yang
terlihat divisualku
Tak pernah kukenali cerah, terang
dan warna lainnya
Oh Dunia……….
Oh Terang……..
Tuhan kapankah aku bisa melihatnya
Kapankah mata ini bisa menjamahnya
Aku menunggu ya Tuhan….
Walaupun hal itu hanya kurasakan di
surga nanti
Sepeda Motor
Walaupun jarak itu masih tak dekat
Tapi seingatku kau masih setia berjalan dan masih di sampingku
Bahkan masih setia memberiku kata dan senyum tanpa keluh
Harusnya kamu tak terjamah matahari
Seandainya kamu lebih teliti lagi untuk memilih seorang laki-laki
Harusnya langkah seribumu itu tak perlu
Seandainya kamu lebih tahu diri dan tahu artis seorang aku
Tapi kamu telah berkata
Bahwa kau memutuskan hadir dalam kekuranganku
Tanpa mau kau pedulikan keluh egomu itu
Bahkan kau sisihkan rasa malu
Demi seorang aku
Tapi seingatku kau masih setia berjalan dan masih di sampingku
Bahkan masih setia memberiku kata dan senyum tanpa keluh
Harusnya kamu tak terjamah matahari
Seandainya kamu lebih teliti lagi untuk memilih seorang laki-laki
Harusnya langkah seribumu itu tak perlu
Seandainya kamu lebih tahu diri dan tahu artis seorang aku
Tapi kamu telah berkata
Bahwa kau memutuskan hadir dalam kekuranganku
Tanpa mau kau pedulikan keluh egomu itu
Bahkan kau sisihkan rasa malu
Demi seorang aku
Tapi cukup sampai disini kebersamaan kita sepeda
motorku
Karena engkau sudah menjadi milik orang lain.
Wanita Pembawa Cahaya
Saat itu wanita pribumi tiada
berdaya
Bila dibandingkan para none-none
Belanda
Mereka dikekang
Mereka dikekang
Mereka diselimuti kebodohan
Mereka tidak diperbolehkan
bersuara
Mereka hanyalah boneka
Yang hanya mampu berteriak di dalam hati
Mereka hanyalah boneka
Yang hanya mampu berteriak di dalam hati
Kala itu ada secercah cahaya
menerobos di antara kegelapan
Menerangi seluruh Indonesia Raya
Dialah Kartini….
Pembawa cahaya ilmu
Dialah Kartini….
Pembawa cahaya ilmu
Mengoyak tabir kebodohan
Mengangkat derajat Wanita
Dialah Kartini….
Pemotong tali kekang
Menuntun kepada kebebasan
Pembuat garis kesejajaran
Menuntun kepada kebebasan
Pembuat garis kesejajaran
Wahai Kartini-kartini muda….
Jagalah semangat ini
Sambunglah cita-cita putri terbaik
negeri
Jangan biarkan kebodohan
mengikatmu kembali
Jangan biarkan garis kesejajaranmu
diputuskan lagi
Berjuanglah….berjuanglah….
Jangan hanya berdiam diri
Warung kopi jodoh
Matahari cerah mengawali pagi di
palembang hari itu, seorang remaja mengenakan celana gunung, kaos putih dan
sepatu yang kebanyakan dipakai oleh remaja – remaja lainnya “ALL STAR”,
walaupun sepatu itu sudah sedikit koyak tapi dia masih tetap pede memakainya.
Junaidi namanya, mahasiswa sebuah universitas swasta di kota ini.
Dengan langkah gontai, mungkin masih
agak mengantuk maklum tadi malam adalah malam minggu, junaidi berjalan menuju
mobilnya. Pagi ini dia ada janji menjemput sahabat lamanya di Terminal Karya
Baru Palembang. Sekali – sekali dia mengucek matanya menghilangkan rasa kantuk.
Sambil mendengarkan lagu – lagu dari MP3 Modulator yang terpasang di mobilnya
dia pun berangkat menuju terminal Karya Baru.
Singkat cerita, tibalah si Junaidi
di tempat yang telah dijanjikan, selang tak lama kemudian hapenya berbunyi
tanda ada message masuk. Terlihat tulisan “Jun, mobil yang ku naek’I ni lagi
rusak mungkin agak lamo,” (Jun, Mobil yang saya tumpangi ini sedang mogok,
mungkin datangnya agak lama,red). untuk
menghilangkan rasa ngantuknya junaidi berniat minum kopi, di arahkannya
pandangan ke semua arah untuk mencari warung kopi. Matanya terhenti pada sosok
manis yang sedang duduk sambil menelepon di samping sebuah warung kopi,
Kebetulan katanya dalam hati, dengan sedikit tebar pesona Junaidi yang udah
lama jomblo itu mengarahkan kaki ke warung kopi tersebut.
“Mang, kopi susunya satu,” katanya kepada
pemilik warkop.
“Ok mas, tunggu sebentar ya!!,” jawab si
pemilik warung.
“Ya mang. Ee mang ngmong – ngomong siapa tu
mang?? Junaidi bertanya kepada pemilik warung sambil matanya tak henti –
hentinya melihat gadis manis disampingnya.
“Gak tau mas. Katanya mau pulang kampung, lagi
libur kuliah,” jawab si pemilik warung kepada Junaidi.
“Oooh,” gumam Junaidi.
Mata Junaidi terus memperhatikan
gadis manis yang tidak memperdulikan kehadirannya tersebut, ada peperangan
dalam hatinya antara rasa suka dan rasa malu. Dengan masih malu – malu Junaidi
menggeser kursinya mendekat kearah gadis tersebut.
“Hay, Mau kemana dik,” sapa Junaidi mengawal
pembicaraan.
“Mau mudik,” jawab si Gadis cuek.
“Oooh, mudik kemana,”
“Sekayu,” jawab si gadis tetap cuek sambil
menyebutkan salah satu daerah di daerah Sumatera Selatan.
Junaidi menganggukkan kepala tanda dia
mengetahui daerah tersebut.
Junaidi mulai galau , si gadis cuek
terhadapnya. Lagian stok pertanyaan seakan sudah habis karena sikap si gadis.
Diseruputnya kopi susu di tangannya, seraya berbalik kearah warung untuk
mengembalikan cangkir dan membayar kopi yang dibelinya.
Ketika berbalik dan ingin kembali
mendekati si gadis, dia terperanjat karena si gadis tak ada lagi di tempat
duduknya semula, dicarinya di sekeliling terminal tetapi yang dia cari tetap
tidak ditemukannya. Dengan lesu Junaidi kembali ke warung kopi semula sambil
melamunkan si gadis yang ingin sekali dikenalnya lebih dekat tersebut. Junaidi
merasa jatuh cinta, perasaan yang telah lama tidak dirasakannya. Lamunannya
terhenti ketika ada tangan menyentuh pundaknya, Junaidi terperanjat sambil
menoleh, ternyata si pemilik warung kopi.
“Lagi mikirin gadis yang tadi ya mas??” tanya
pemilik warung kepada Junaidi.
“Ya mang, saya tidak sempat menanyakan
alamatnya apalagi nomor hapenya,” jawab junaidi lesu.
“Kenapa, memangnya mas suka ya sama gadis
itu,”pemilik warung kembali bertanya.
“Ya mang, saya sangat menyukainya, saya merasa
sudah mengenalnya lama sekali dan saya merasa pernah sangat dekat sekali dengan
dia,” Jawab junaidi.
“Coba telepon saja,” ujar si pemilik warkop
“Aduh mang kan udah saya bilang alamatnya saja
saya gak sempat tanyakan,” jawab Junaidi
“Saya punya nomornya mas, kebetulan dia tadi
beli pulsa pada saya, kalau memang mas merasa sangat kenal dengan gadis
tersebut saya bersedia memberi tahu nomor hape gadis itu,”tegas si pemilik
warkop.
“Mana mang?,” tanya junaidi sambil
memperlihatkan wajah cerianya.
“Ini, tapi dengan syarat kalau nanti mas bisa
pacaran sama gadis tersebut, jangan sekali – sekali mas permainkan” kata
pemilik warung kopi sambil memberikan secarik kertas berisi angka – angka.
“Ya mang saya akan jadikan dia istri, Terima
kasih ya mang,” kata junaidi sambil tertawa dan bergegas kembali ke mobilnya.
Setelah beberapa hari kemudian,
Junaidi mencoba menghubungi si Gadis. Di tekannya tombol dihapenya sambil
melihat secarik kertas yang pernah diberikan oleh pemilik warung kopi waktu
itu. Setelah mendengarkan nada sambung terdengar suara gadis yang menggelayuti
pikirannya beberapa waktu lalu.
Ternyata dia memang mengenal si
gadis yang merupakan temannya waktu kecil. gadis yang kemarin cuek kepadanya
kini sudah berubah 180 derajat. Kini gadis tersebut bisa diajaknya bertemu
kapanpun juga, bahkan sekarang si Gadis telah menjadi pacar Junaidi yang telah
lama menjomblo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar